Umur sebagai tolak ukur ?

Selama menunggu fase internsip sejak kelulusan UKMPPD, praktis membuat saya memiliki banyak waktu untuk memahami semua hal.
Ditambah beberapa pelajaran berharga yang bertubi-tubi saya hadapi selepas lebaran kemarin, semakin membangun pemikiran saya akan masa depan.

Orang-orang baru yang saya temui pun semakin meningkatkan variasi saya dalam memandang suatu hal.
Saya seperti menemukan lingkaran kecil di dalam lingkaran kecil. 

Memahami diri sendiri tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Untuk apa? Toh saya juga sudah paham (pikir saya dulu). Hmm..Dan saya juga tidak ada waktu. Sudah habis untuk kegiatan karir dan pendidikan.
Kini..bercermin saja bisa memunculkan banyak percakapan di kepala saya. 
Seperti, "hei..Selamat pagi. Tidurmu menyenangkan semalam?"

Atau "menurutmu mana yang lebih baik, hujan di pagi hari atau sore hari?"

Hingga, "impian yang kau tulis di akhir SMA lalu, perlu direvisi kah?"

Kemudian saya tersontak. Kaget. Kenapa bertanya seolah meragu??
Tidak. Tidak ada yang perlu direvisi.

Saya bertanggung jawab akan diri saya 6 tahun yang lalu. Yang merancang di kertas karton warna putih..tanpa tendensi, tanpa tekanan, tanpa prasangka apapun. Murni percaya diri, optimis, dan tidak perduli akan segala hal (yang hingga pada akhirnya saya tahu ada 1001 penghambat di luaran sana).

Bak hujan di bulan September, alasan-alasan klise bin basi terus mengguyur bebatuan di tebing nan curam.
Jika batunya tidak terkikis hingga habis, mungkin tebingnya akan longsor.

Sebagai contoh gampang, masalah gender.
Saya tidak membicarakan tentang kesetaraan gender.
Toh wanita menempati posisi mulia di dalam Islam. Mengapa minta disetarakan? Nope.
Saya hanya lelah terhadap perempuan-perempuan yang sering merasa underestimate terhadap dirinya sendiri. 
Saya juga lelah (muak) terhadap pria-pria yang berniat (sok) mulia mengcover wanita padahal bahasa tubuhnya "ah..lu cewek bisa apa sih? Ujung-ujungnya di rumah juga". Haha begitulah kira-kira. 

Contoh kedua yang tak kalah basinya; usia.
 "Umur saya jauh di atas kamu. Sudah pasti saya lebih tahu mana yang baik buat saya". Padahal ia sedang berenang di laut lepas dan diperingatkan oleh penjaga pantai handal (meskipun usianya masih remaja)

Tidak ada korelasi antara usia dan tingkat kematangan jiwa atau pribadi seseorang.
Begitu banyak manusia dengan usia matang memiliki kepribadian anak tk. Hidup tanpa arah yang jelas. Yang penting bermain, tertawa, bahagia dan pulang.

Vice versa. 
Ketika seorang anak, remaja, atau pemuda memiliki komitmen dan ide atau gagasan baru di hadapan tetua, serentak mereka semua secara choir bernyanyi, "anak kemarin sore~

Di bulan kelahiran saya ini, otomatis pertanyaan-pertanyaan tidak berbobot sudah mulai akrab ditelinga. Dari satu baris seperti, "eh..24 lagi ya.." bisa panjang hingga ke keriput wajah, perawatan anti-aging, dll

Profesi sebagai pengangguran ini benar-benar banyak merubah isi kepala saya.
Saya harus segera internsip!

Comments

Popular posts from this blog

Tangisan kucing? Hati-hati.

Bimbang

Terkenang